Kesadaran nasional Indonesia tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan melalui proses panjang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk peran kaum intelektual pribumi. Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, kaum intelektual pribumi memainkan peran penting dalam membangun kesadaran nasional di tengah penjajahan Belanda. Mereka menggunakan pendidikan, pers, organisasi pergerakan, serta tulisan-tulisan mereka untuk membangkitkan semangat kebangsaan dan melawan kolonialisme.
Lalu, siapa saja mereka, dan bagaimana mereka memengaruhi perjuangan kemerdekaan Indonesia?
1. Lahirnya Kaum Intelektual Pribumi di Tengah Sistem Pendidikan Kolonial
Pada abad ke-19, pemerintah kolonial Belanda mulai membuka akses pendidikan bagi pribumi, meskipun masih terbatas pada kelompok tertentu, seperti anak-anak bangsawan dan priyayi. Beberapa sekolah yang menjadi tempat lahirnya kaum intelektual pribumi antara lain:
- STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) – Sekolah dokter pribumi yang melahirkan tokoh seperti dr. Wahidin Sudirohusodo dan dr. Soetomo.
- OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren) – Sekolah pegawai negeri yang mencetak birokrat pribumi.
- Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), dan Algemeene Middelbare School (AMS) – Sekolah menengah yang memberi akses pendidikan modern kepada kaum pribumi.
Pendidikan inilah yang melahirkan generasi baru yang memiliki wawasan luas, kritis terhadap sistem kolonial, dan sadar akan pentingnya persatuan nasional.
2. Peran Kaum Intelektual dalam Menumbuhkan Kesadaran Nasional
Kaum intelektual pribumi tidak hanya berdiam diri di lingkungan akademik, tetapi juga berperan aktif dalam berbagai bidang untuk membangun kesadaran nasional.
a. Mendirikan Organisasi Pergerakan Nasional
- Budi Utomo (1908) – Organisasi ini didirikan oleh dr. Soetomo dan mahasiswa STOVIA dengan tujuan meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan rakyat pribumi. Meskipun awalnya berfokus pada kebangkitan kaum priyayi, Budi Utomo menjadi awal dari gerakan nasionalisme Indonesia.
- Sarekat Islam (1911) – Dipimpin oleh Haji Samanhudi dan kemudian berkembang di bawah kepemimpinan HOS Tjokroaminoto, organisasi ini memperjuangkan kepentingan ekonomi pribumi dan mengangkat semangat anti-kolonialisme.
- Indische Partij (1912) – Didirikan oleh Tiga Serangkai (Douwes Dekker, Ki Hajar Dewantara, dan Tjipto Mangoenkoesoemo), organisasi ini secara tegas menuntut kemerdekaan Indonesia dari Belanda.
- Perhimpunan Indonesia (1925) – Organisasi ini dibentuk oleh para mahasiswa Indonesia di Belanda, seperti Mohammad Hatta, dan menjadi pelopor ide kemerdekaan penuh bagi Indonesia.
Melalui organisasi-organisasi ini, kaum intelektual membangun jaringan perlawanan terhadap kolonialisme dengan cara yang lebih terstruktur dan sistematis.
b. Menggunakan Surat Kabar sebagai Alat Propaganda
Pers menjadi salah satu alat paling efektif untuk menyebarkan kesadaran nasional. Banyak kaum intelektual pribumi yang menulis di surat kabar untuk menyuarakan ketidakadilan kolonial dan membangkitkan semangat perjuangan.
Beberapa surat kabar yang berperan dalam kebangkitan nasional antara lain:
- Medan Prijaji – Didirikan oleh Raden Mas Tirto Adhi Soerjo, menjadi surat kabar pertama yang dimiliki dan dikelola oleh pribumi. Medan Prijaji banyak membahas ketimpangan sosial dan ketidakadilan sistem kolonial.
- Kaum Muda – Surat kabar yang diterbitkan oleh Sarekat Islam untuk menyebarkan gagasan perlawanan terhadap kolonialisme.
- De Expres – Media yang digunakan oleh Indische Partij untuk menyuarakan gagasan nasionalisme.
Melalui media ini, ide-ide kebangsaan mulai menyebar luas di kalangan rakyat Indonesia.
c. Mengembangkan Pendidikan sebagai Sarana Perlawanan
Pendidikan menjadi kunci utama dalam menumbuhkan kesadaran nasional. Beberapa intelektual pribumi mendirikan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan rakyat dan menanamkan semangat kebangsaan:
- Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa (1922), sebuah sekolah yang menekankan pendidikan berbasis kebudayaan nasional dan menolak sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif.
- Muhammad Syafei mendirikan INS Kayutanam, sekolah yang memberikan pendidikan modern kepada anak-anak pribumi.
Melalui pendidikan, kaum intelektual pribumi menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan membentuk generasi yang sadar akan hak dan identitas mereka sebagai bangsa Indonesia.
3. Kaum Intelektual dan Perlawanan Politik
Selain aktif dalam pendidikan dan pers, kaum intelektual pribumi juga mengambil peran dalam politik untuk melawan penjajahan secara lebih strategis.
a. Perjuangan melalui Volksraad (Dewan Rakyat)
Volksraad, atau Dewan Rakyat, adalah badan perwakilan yang dibentuk Belanda pada 1918 sebagai bagian dari Politik Etis. Meskipun awalnya hanya bersifat simbolis, beberapa tokoh intelektual pribumi berhasil memanfaatkannya sebagai wadah perjuangan:
- Mohammad Husni Thamrin – Menuntut reformasi politik yang lebih luas bagi pribumi di dalam Volksraad.
- Sukiman Wirjosandjojo – Menyuarakan perlunya pemerintahan sendiri bagi Indonesia.
Volksraad menjadi ajang bagi intelektual pribumi untuk menyampaikan tuntutan politik secara langsung kepada pemerintah kolonial.
b. Perumusan Identitas Kebangsaan dalam Sumpah Pemuda (1928)
Puncak dari kesadaran nasional yang dibangun oleh kaum intelektual pribumi adalah Sumpah Pemuda 1928, yang menegaskan:
- Satu Tanah Air, Indonesia.
- Satu Bangsa, Indonesia.
- Satu Bahasa, Indonesia.
Kaum intelektual muda, seperti Soegondo Djojopuspito, Mohammad Yamin, dan Amir Sjarifuddin, berperan dalam merumuskan dan menyebarluaskan semangat persatuan yang menjadi dasar perjuangan kemerdekaan.
4. Warisan Kaum Intelektual Pribumi bagi Perjuangan Indonesia
Peran kaum intelektual pribumi tidak berhenti di masa kolonial. Warisan perjuangan mereka tetap berlanjut dalam membangun Indonesia setelah kemerdekaan, seperti:
- Membangun sistem pendidikan nasional yang lebih inklusif dan berbasis nilai kebangsaan.
- Mengembangkan pers yang bebas dan kritis sebagai kontrol sosial.
- Menginspirasi generasi muda untuk terus mempertahankan dan memperjuangkan identitas nasional.
Kesimpulan
Kaum intelektual pribumi memainkan peran kunci dalam menumbuhkan kesadaran nasional dan mempercepat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Melalui pendidikan, pers, organisasi, dan politik, mereka menyebarkan gagasan nasionalisme dan melawan sistem kolonialisme Belanda.
Tanpa peran mereka, mungkin perjuangan Indonesia untuk merdeka akan berlangsung lebih lama. Kini, warisan mereka masih terasa dalam berbagai aspek kehidupan bangsa, terutama dalam dunia pendidikan, politik, dan media. Kaum intelektual modern memiliki tugas untuk meneruskan semangat perjuangan ini dengan menjaga kebebasan berpikir, meningkatkan kualitas pendidikan, dan mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dalam menghadapi tantangan zaman.
Baca Juga Artikel Berikut Di : Baseportal.Us